Aku hanya seorang adik
kecil yang minta dibimbing.
Sama seperti mata yang
kehilangan pendarnya.
Layaknya, bintang yang
kehilangan bulan, sebagai pendampingnya.
Apa semua itu salah ?
Wahai akhi, wahai
ukhti.. ?
***
Aku terombang-ambing.
Aku ingin kembali.
Kembali pada Rabbku.
Kulihat setitik cahaya
terang.
Oh, mungkin kalianlah
perantaranya.
Mungkin hanya dengan
mencontoh akhlak kalian, aku bisa kembali merengkuh cahaya-Nya.
Aku datang, dengan
segala kepolosan dan rasa keingintahuanku yang dalam tentang islam.
Namun, apa yang
kudapatkan, tak lebih dari seonggok sampah yang biasa aku temui di selokan.
Huh,
Atas nama dakwah,
kalian bertegur sapa.
Atas nama dakwah,
kalian bersenda gurau.
Atas nama dakwah,
kalian berpandang-pandangan.
Ya, ATAS NAMA DAKWAH, kalian
menyatakan perasaan cinta antara kalian.
Wah, aku mendapat
pelajaran yang berharga, ketika seorang adik kecil yang mungkin tak ada
pengaruhnya sama sekali ini, mencoba meluruskan yang bengkok, membenarkan yang
salah, serta menyucikan yang telah ternoda. Apa itu ? HATI !
Namun apa yang aku
dapat, omong kosong !
“Mereka Ta’aruf..”,
salah satu suara bicara.
Oh begitu ya..
Hmm, kalau tidak salah,
ta’aruf itu proses perkenalan dua insan yang hendak menikah tanpa ada
unsur-unsur pacaran didalamnya.
Tapi mengapa sejauh
yang aku lihat, mereka berjalan berdua, berboncengan berdua, bla bla bla berdua,
bla bla bla berdua, dan masih banyak bla bla bla lainnya yang dilakukan berdua.
Hmm…ternyata begitu ya
ta’aruf,
Kalau tidak salah ta’aruf
itu paling lama jangka waktunya 6 bulan,
Tapi mengapa si ukhti
maunya menunggu sampai lulus kuliah baru mau menikah dengan si akhi.
lulusnya 2 tahun lagi.
Jadi………,,,? (Tanda
Tanya besar)
Ahh,
sudahlah.. suaraku tak
mungkin didengarkan.
Bagai angin lalu yang
tak punya pengaruh.
Baiklah, aku akan diam
saja selama masalah ini tak menggangguku.
Tapi, ternyata diamku
juga jadi masalah.
Saat si akhi, ternyata
bertingkah aneh terhadapku.
Dia mulai
memperhatikanku, dan kenyataannya dia mulai mendekatiku.
Rabbi, betapa sulit aku
mencari jalan untuk mendekat denganMu,
Rasanya ingin
kupertegas sekali lagi !
Aku hanya seorang adik
kecil yang minta dibimbing.
Sama seperti mata yang
kehilangan pendarnya.
Layaknya, bintang yang
kehilangan bulan, sebagai pendampingnya.
Apa semua itu salah ?
Wahai akhi, wahai
ukhti.. ?
Dengan berlinang
airmata aku pergi, si ukhti cemburu padaku, dia mulai tak bersahabat padaku.
Untuk sekarang, aku
hanya ingin melangkah jauh..
Menjauh dari
sosok-sosok bermuka dua itu..
Hatiku sakit dan perih,
tak tahan bila tak ada cahayaMu di hati ini, Rabbi.
Kau saksinya ya Rabb, Selama
ini yang kulakukan hanyalah diam, bukan..?
Lalu apa salahku wahai
akhi wahai ukhti ?
Oh, aku baru ingat satu
kesalahan fatalku..
Seharusnya aku tak
datang pada kalian,
seharusnya aku hanya minta
dibimbing pada Ilahi Rabbiku..
Menyakitkan..
mengecewakan..,
Menggores dan
menyisakan luka di palung hati, yang mungkin tak sedikitpun bisa terobati..
Sangat naïf, mempercayai sosok-sosok itu..
Astaghfirullah.
Untuk terakhir kali
kupertegas !
Aku hanya seorang adik
kecil yang minta dibimbing.
Sama seperti mata yang
kehilangan pendarnya.
Layaknya, bintang yang
kehilangan bulan, sebagai pendampingnya.
Apa semua itu salah ?
Wahai akhi, wahai
ukhti.. ?
Mengertilah…
***
“Ya Rabb,
jadikanlah kami ini orang-orang yang mampu menjaga hati kami, dan penuhilah
hati kami dengan cahaya cinta yang hanya untukMu, Aamiiin.”
18 maret 2012 (22.35)
6 komentar:
hmm, bisa kah kau bantu aku?? bahkan aku kecewa lebih dalam. bantu aku, atau kita akn saling bantu T_T my sist ..
InsyaAllah ukh.. :)
parodi dunia dakwah.
toh pd akhirnya tetap 'dunia'.
ini baru satu sisi, inysaAllah ada yg lebih banyak lagi. ^^
*sok2 berpengalaman.:p
akan lebih banyak lagi, dan semoga kekecewaan tidak mengiringinya
murabbi kecil, follow.. :)
iya bener kata mba yg udah brpngalaman.. :p
semoga kekecewaan tidak mengiringi..
ketika figur menjadi patokan mka siap2 la kmu kecewa.
mka nganlah ad figuritas. seberapa besar kecewa mu it.
sdh ingat lah, Bahwa cm Allah yg patut kmu jdkan patokan.
Posting Komentar