Untuk Dakwah ilmiy yang
kucinta..
Dalam hatiku yang terdalam
aku mengucapkan beribu kata maaf, karena sebagai jundi aku belum bisa menjadikan
tujuan darimu atas pencapaianku.
IP(Indeks Prestasi), sebuah
pembuktian dari kecerdasan seorang mahasiswa inilah penyebab kegelisahanku.
Nyaris 3. Ya, lumayan ternyata bagi sebagian orang, tapi bukan hal itu yang
ingin kubahas kali ini.
Tapi mengharumkan namamu,
mungkin itu yang menjadi tujuanku. Agar mata-mata diluar sana dapat melihat
bahwa seorang pengemban amanah dakwah itu juga seorang yang cerdas dalam
akademiknya. Agar pikiran khalayak juga paham bahwa dakwah bukanlah penghalang
untuk meraih prestasi akademik.
“Ukh.. ana sedih.”
Kala itu saudari
seperjuanganku memulai berbicara tentang apa yang dirasakannya.
“Ana tidak tahu apa
sebenarnya keahlian yang ana punya. Kalau anti, jelas, anti bisa menulis dan
ingin menjadi seorang penulis. Lah, Sedangkan ana.. mungkin memang ana tidak
punya keahlian apa-apa.”
Aku memberhentikan kegiatan
yang sedang aku lakoni (Red: menyeruput minuman) lalu memilih kata-kata yang
tepat.
“Ukh, nasib kita sama. IP
kita terlalu standar untuk dikatakan mahasiswa berprestasi. Mimpi pun sebagian
besar belum tercapai, biarlah hasil kita yang kecil dan hampir tak tampak ini
kita syukuri, mungkin Allah menginginkan ikhtiar dua kali lebih maksimal dari
yang kita lakukan sekarang.”
Sulit mengatakannya. Namun tampaknya
saudariku itu menerimanya. Dia tersenyum masygul.
“Aku tak suka bercerita pada
orang lain yang sama sekali tak dapat merubah apa yang aku dapat. Mereka berkata
bahwa aku ini tidak punya perasaan, karena terlihat biasa saja menerima hasil
nilai yang sungguh kecil… Andai mereka tahu, ketika mereka pulang, airmata ini
tak bisa lagi kubendung, mengalir deras tanpa bisa kutahan lagi.”
Aku terdiam. Memang jika
dibandingkan dengan saudariku itu, aku jauh lebih beruntung.
“Ukh, ana punya nasihat yang
bagus, ada yang berkata seperti ini, jika hasil yang sedikit itu kita capai
dengan kejujuran, itu jauh lebih memuaskan karena insyaAllah berkah, ukh.”
“InsyaAllah, semoga kita
termasuk kedalam yang putih itu, ukh.”
Aku mengangguk. Kulihat
airmukanya tak lagi mendung. Dia tersenyum. Alhamdulillah.
Sekarang, Aku putuskan untuk
mengubah orientasiku. Bukanlah nilai semata, tetapi ilmu yang bermanfaat. Jikalau
kita memilih nilai sebagai tujuan dari kita berlajar, maka siap-siaplah untuk
kecewa. Namun jika kita menginginkan ilmu yang bermanfaat, insyaAllah tidak
akan kecewa. karena sejatinya, jika kita mengaku beriman, maka hendaklah kita mengejar
ilmu bukanlah nilai. Biarlah angka- angka yang baik itu datang menghampiri kita
seiring kebaikan kita yang kita lakukan sepanjang kita mengejar ilmu itu.
Dan yang terakhir, aku tidak
akan berdoa seperti ini lagi,
“ya Allah sampaikanlah aku
pada apa yang aku inginkan.”
Namun aku harus mangubah
doaku menjadi,
“ya Allah, perlapang dadaku
untuk menerima apapun hasil yang Kau beri atas ikhtiarku, Aamiin.”
***
Special for : Ukhti Sifa ^^
“Keep Hamasah, ukh”
0 komentar:
Posting Komentar